Berita

Salut! Guru Biologi Sulap Hutan Bersampah jadi Laboratorium Alam

×

Salut! Guru Biologi Sulap Hutan Bersampah jadi Laboratorium Alam

Sebarkan artikel ini
Adiatman, saat memberikan pelajaran kepada pelajar SMA Negeri 1 Sebatik, di Laboratorium Alam milik SMA setempat. Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, TANJUNG SELOR – Dari 781 guru dan kepala sekolah pada 34 provinsi yang mengikuti serangkaian proses seleksi ajang Apresiasi Guru dan Kepala Sekolah Dedikatif, Inovatif, dan Inspiratif Pendidikan Menengah (Dikmen) dan Pendidikan Khusus (Diksus) Tahun 2020, guru asal Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Adiatman, staf pengajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sebatik, Kabupaten Nunukan meraih penganugerahan terbaik ke-2 pada kategori Guru Berdedikasi dan Inovasi.

1475
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Guru mata pelajaran Biologi ini mengaku terkejut, ketika mendapatkan penghargaan ini. Ia tidak menyangka ide membuat laboratorium alam dengan memanfaatkan lahan di sekitar sekolah bermanfaat bagi peserta didik dan diapresiasi Kemendikbud.

“Dari 70 terbaik yang terbagi kedalam 14 kategori apresiasi, alhamdulillah saya, masuk urutan ke-2,” katanya lewat siaran persnya yang diterima Teropongnews.com, Selasa (1/12/2020).

Adi sapaan akrabnya, menuturkan bahwa pemberian apresiasi ini telah melalui serangkaian proses. Dimulai dari penyusunan pedoman, sosialisasi program apresiasi, seleksi berkas administrasi, seleksi naskah, seleksi presentasi, penetapan penerima apresiasi, dan pemberian apresiasi.

“Dari 14 kategori itu, 8 kategori diberikan kepada guru dan kepala sekolah untuk tingkat SMA, SMK, SLB dan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI). 6 kategori diberikan kepada guru dan kepala sekolah untuk tingkat SMA, SMK, dan pendidikan khusus (SLB dan SPPI),” ucap pria yang sudah 9 tahun mengabdi sebagai guru di Sebatik ini.

Adi sendiri berhasil memanfaatkan hutan yang dipenuhi sampah untuk kemudian disulap menjadi laboratorium alam.

“Saya ingin wujudkan hutan sekolah sebagai pusat penelitian di wilayah perbatasan, yang tidak hanya berguna bagi sekolah saya, namun juga siswa lain di sekitarnya sehingga siswa dari berbagai jenjang pendidikan bisa belajar di hutan sekolah itu,” ulasnya.

Pria 32 tahun ini mengaku, idenya mengubah hutan sekolah menjadi sumber belajar siswa-siswi di Sebatik itu karena merasa terganggu dengan banyaknya sampah di sekitar hutan sekolah.

“Butuh waktu sebulan untuk mengubah hutan sekolah menjadi laboratorium alam,” urainya.

Di lokasi itu juga disediakan fasilitas belajar, hingga beragam tumbuhan dan satwa juga dapat ditemukan di hutan sekolah itu.

“Hutan sekolah ini dibuat sejak 2016, hingga kini hutan sekolah kami sudah dikenal masyarakat Sebatik, bahkan masyarakat Pulau Jawa,” tandas dia.