Petrus Kasihiw : Kejayaan Masa Lalu Itu, Bintuni Daerah Termiskin di Papua Barat

Ir. Petrus Kasihiw MT, Calon Bupati Bintuni nomor urut 2, menyampaikan progres pembangunan yang telah dilakukan selama 3,5 tahun memimpin Kabupaten Teluk Bintuni, saat kampanye di Kampung Vascodamneem Distrik Meyado, Selasa (3/11/2020). (Foto: Tantowi/TN).

TEROPONGNEWS.COM, BINTUNI – Calon Bupati Teluk Bintuni nomor urut 02, Ir. Petrus Kasihiw MT menanggapi dengan senyuman dan rasa prihatin, atas beredarnya slogan ‘Mengembalikan Kejayaan Masa Lalu’, selama tahapan pilkada yang akan berlangsung serentak 9 Desember 2020.

Bupati Teluk Bintuni yang sedang mengambil cuti selama masa kampanye ini, merasa prihatin dan kasihan terhadap masyarakat yang terprovokasi dengan slogan tersebut. Sebab, mereka justru akan menjadi korban keterpurukan yang pernah terjadi pada masa lalu.

“Kejayaan masa lalu itu apa yang akan dikembalikan? Mari saya tunjukkan faktanya,” kata Petrus Kasihiw, saat orasi politik usai meresmikan posko induk pemenangan PMK2 Jilid2 di Kampung Vascodamneem Distrik Meyado, Selasa (3/11/2020) malam.

Menurutnya, diakhir tahun anggaran 2015, angka kemiskinan di Kabupaten Teluk Bintuni sebesar 36,6 persen dan menjadi tertinggi di Papua Barat. Tapi setelah Pit-Matret memimpin dalam 3,5 tahun berjalan, jumlah orang miskin di tanah Sisar Matiti ini diturunkan menjadi 30,3 persen, dan berada dalam urutan 9 dari 13 Kabupaten/Kota di Papua Barat.

“Jadi kalau bicara kejayaan, siapa sekarang yang jaya? Apakah masyarakat Teluk Bintuni mau kembali ke masa lalu yang banyak orang miskin,” tandas alumnus UGM ini.

Selain menekan jumlah penduduk miskin, selama duet Pit-Matret dalam memimpin Bintuni, telah terbangun 11 ruas jalan di dataran Moskona. Tahun depan, kata Pit, antara Moskona Utara akan tembus ke Tuheba. Pembangunan di sektor kesehatan, saat ini ada 16 orang dokter yang dibiayai untuk sekolah.

Mereka ini yang ke depan akan melayani masyarakat Teluk Bintuni dalam hal kesehatan. Sedangkan untuk membangun sumberdaya manusia, Pit-Matret membiayai anak-anak usia 14 tahun kebatas, menempuh studi di Amerika.

“Mereka sangat fasih berbahasa Inggris. Saya sendiri sampe melongo kalau mendengar mereka bicara pakai bahasa Inggris,” kata Pit.

Selain itu, ada sebanyak 1.628 mahasiswa asal Teluk Bintuni yang sedang menempuh pendidikan di kota studi. Setiap tahun, anggaran sebesar Rp 19 miliar di alokasikan untuk bea siswa mereka. “Sudah banyak yang kami perbuat di Bintuni, tapi kami tidak suka tepuk dada,” tandasnya.

Kalau pemerintahan Pit-Matret tidak berhasil, katanya, tidak mungkin Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni mendapatkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) pengelolaan keuangan dengan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK.

“Jadi kalau ada yang menyebarkan kabar tidak ada pembangunan selama kami memimpin, itulah. Tidak ada cara lain yang bisa mereka tempuh, selain berbohong dan membohongi masyarakat,” pungkasnya. **