Berita

Moenardo: Kita Harus Bangun Ketanguhan Terhadap Bencana

×

Moenardo: Kita Harus Bangun Ketanguhan Terhadap Bencana

Sebarkan artikel ini
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Moenardo saat menyampaikan sambutan pada puncak acara bulan Pengurangan Resiko Bencana (PBR) tahun 2020, di aula Sutopo Purwo Nugroho, lantai XV kantor BNPB Jakarta, Selasa (13/10/2020). Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, AMBON – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Moenardo pada puncak acara bulan Pengurangan Resiko Bencana (PBR) tahun 2020 ini, dilaksanakan dalam suasana pandemi Covid-19. Ini menjadi suatu pembelajaran bersama, dalam membangun ketangguhan terhadap bencana, harus diselaraskan dengan upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

1057
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Tema penting tahun yakni Daerah Punya Aksi, Pengurangan Resiko Bencana, sebagai wujud nyata, pelibatan serta konstribusi seluruh komponen bangsa menanggulangi bencana, baik itu pemerintah pusat, daerah da komponen masyarakat lainnya.

Dikatakan, keterlibatan seluruh stakeholders dalam menanggulangi bencana merupakan satu rangkaian kalender dalam penanggulangan bencana dan ini sudah menjadi gerakan dalam merubah secara mendasar.

“Proses pembangunan yang dulunya merusak lingkungan ke arah pembangunan yang peka resiko bencana. Dan saat ini, analisas resiko bencana menjadi dasar pembangunan di seluruh Indonesia,” katanya lewat rilis yang diterima Teropongnews.com, di Ambon, Selasa (13/10/2020).

Soal Pandemi, lanjutnya, saat ini sudah merenggut 1 juta lebih korban meninggal di dunia dan 35 juta jiwa lebih terkonfirmasi. Di Indonesia, 300 ribu orang yang terkonfirmasi dan sembuh 250 ribu orang sembuh, namun angka kematian masih tinggi, yakni sekitar 11-12 ribu orang.

Dengan kondisi ini, tegas Moenardo, tidak boleh ada lagi yang menyatakan bahwa Covid-19 ini adalah rekayasa atau konspirasi, tapi ini nyata dan semua orang berpotensi terpapar. Semua pihak, lanjut dia, harus saling mengingatkan, karena ancama ini berasal dari orang dekat tanpa gejala.

Disebutkan, sebuah keniscayaan karena harus maksimal lakukan sosialisasi mengingat masih ada 17 persen warga Indonesia, yang merasa tidak mungkin terpapar Covid-19.

“Ini tantangan berat bagi kita untuk sampaikan pesan bahwa Covid-19 itu ada disekitar kita. Dan rata-rata menulari penularan itu dari OTG. Kesimpulan saya, OTG adalah berbahaya, karena mereka adalah silent killer atau pembunuh potensial. Sebab mereka tidak mengetahui, bahwa mereka sudah terpapar dan menyebarkan ke orang-orang potensial yang terdekat mereka, apakah itu yakni lansia dan mereka dengan penyakit penyerta,” tandasnya.

Pemerintah terus menyiapkan alat deteksi berupa swab PCR di seluruh wilayah Indonesia walau memang belum merata. Ini untuk deteksi dini, sehingga OTG bisa mendeteksi tubuhnya.

Dilain sisi, selain Covid-19, ancaman alam juga terus mengancam. Sebab data BMKG, akan terjadinya La Nina, dimana akan ada curah hujan tinggi mulai kini sampai nanti Februari atau Maret mendatang.

Ditahun lalu, pada bulan seperti ini terjadi kebakaran yang masif, di Jawa juga kesulitan air. Anomaly cuaca sementara melanda semua negara di dunia. Dan tidak ada negara yang siap hadapi ancaman bencana alam.

Untuk itu, dia meminta semua daerah, agar memberikan informasi yang jelas yang berasal dari BMKG kepada masyarakat agar masyarakat siap.

“Lakukan apel kesiapsiagaan diseluruh wilayah sampai tingkat RT/RW untuk cek kesiapan mulai tempat pengungsian sementara, dapur lapangan, dan kebuhan dasar lain,” pintanya.