TEROPONGNEWS.COM – Tepat tanggal 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II. Sejak terjadinya peristiwa tersebut banyak pemuda tergerak hatinya untuk memberikan sumbangsih dan peran penting dalam menentukan masa depan bangsa. 92 tahun sejak sumpah pemuda tercetus, Indonesia seakan mendapat berkah luar biasa dengan adanya bonus demografi yang akan didapat dalam beberapa tahun kedepan.

Menurut Mentri Keuangan Sri Mulyani, bonus demografi didefinisikan sebagai penambahan penduduk yang besar pada kelompok usia kerja dibandingkan dengan kelompok usia tua. Bonus demografi bisa dipandang sebagai sebuah keuntungan jika pembangunan manusia telah berhasil. Sebaliknya jika pembangunan manusia menurun maka banyak manusia yang hanya menjadi beban negara saja.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Presiden Joko Widodo mencantumkan visi Indonesia terbaru yang salah satu poin yang menjadi prioritas adalah pembangunan Sumber daya Manusia (SDM) melalui penjaminan kesehatan dan kualitas pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Centre for the Study of Living Standard (2003) yang menyatakan bahwa bahwa pembangunan modal manusia terbagi menjadi aspek pendidikan, kesehatan dan keterampilan.

Pemuda menurut Undang-Undang No 40 tahun 2009 adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun yang merupakan periode penting usia pertumbuhan dan perkembangan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) persentase pemuda di Provinsi Papua Barat pada tahun 2019 adalah 26,32 persen. Sedangkan jika melihat secara absolut, perkiraan jumlah pemuda di Papua Barat sekitar 251 ribu jiwa. Lantas bagaimana dengan kualitas anak muda Papua Barat ?.

Melihat dari sisi pendidikan, berdasarkan data BPS tahun 2019, persentase partisipasi sekolah dengan status “tidak pernah sekolah” di Provinsi Papua Barat sebesar 2,11 persen, tertinggi ke dua setelah Provinsi Papua. Sedangkan persentase pemuda Papua Barat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah “tidak tamat SD” sebesar 4,73 persen, “SD sederajat” sebesar 11,34 persen, “SMP sederajat” sebesar 31,68 persen, “SMA sederajat” sebesar 37,63 persen, dan “perguruan tinggi” sebesar 12,51 persen.

Di saat pemerintah mewajibkan pendidikan formal 12 tahun, masih terdapat pemuda yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah). Serta, masih banyak pemuda yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Beberapa penyebab seperti terkendala masalah ekonomi, infrastruktur yang kurang memadai, serta kebiasaan “cepat puas” menjadi segelintir masalah yang seharusnya bisa ditanggulangi oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Karena sejatinya semakin tinggi kualitas pendidikan, maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusia yang diharapkan dapat merubah pola pikir agar dapat memajukan diri sendiri serta bangsa dan negara.

Tidak hanya pendidikan, kesehatan juga merupakan salah satu modal manusia yang perlu menjadi perhatian. Berdasarkan data BPS 2019, persentase pemuda yang mengalami keluhan kesehatan adalah sebesar 9,34 persen sedangkan melihat angka kesakitan pemuda (youth morbidity rates) adalah sebesar 5,96 persen. Angka tersebut terbilang rendah apabila dibandingkan dengan angka nasional.

Selain itu, berdasarkan data BPS 2019, persentase pemuda yang memiliki jaminan kesehatan adalah sebesar 74,35 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan terbilang cukup baik. Sejumlah fasilitas kesehatan yang berjenjang di setiap daerah menjadi kunci dalam memastikan kesehatan pemuda di Papua Barat.

Selayaknya, kesehatan manusia sudah wajib diperhatikan sejak masih dalam kandungan sehingga dalam tumbuh kembang dari bayi hingga dewasa menunjukkan perkembangan fisik yang prima serta kecerdasan yang dapat menunjang dalam peningkatan kualitas SDM. Pemerintah sewajarnya memprioritaskan daerah terpencil di Papua Barat yang belum tersentuh fasilitas maupun tenaga kesehatan secara berkala. Namun hal tersebut akan sia-sia apabila masyarakat tidak dapat memahami pentingnya “imunisasi”, “pemberian vitamin”, dan “pentingnya asi” yang bertujuan baik dalam memastikan kesehatan di masa depan sang anak.

Pemuda sebagai ‘aset’ harus mampu bijak dan berdaptasi dengan cepat terhadap perkebangan zaman yang ada. Pemuda khususnya di Papua Barat harus memiliki keinginan lebih apabila ingin bersaing dalam meningkatkan perekonomian. Peran pemerintah dari level nasional hingga desa di Papua Barat wajib hadir dalam mengawal perkembangan pemuda khususnya putra daerah (orang asli papua) guna meningkatkan ketrampilan atau bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan sehingga bisa bermanfaat bagi banyak masyarakat. Selain itu, generasi muda masa kini juga dituntut untuk dapat berpikir kreatif agar melahirkan inovasi-inovasi baru agar Papua Barat dapat lebih berkembang. Selamat hari sumpah pemuda ke- 92, dengan pemuda yang berkualitas kemajuan Papua Barat sudah di depan mata. (Penulis adalah ASN Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong Selatan)