Belajar Daring Lewat TV Kabel Dikeluhkan Orang Tua Murid

Surat edaran Dinas Pendidikan dan kebudayaan kota Sorong terkait sistem pembelajaran melalui TV lokal. (Foto:Ist/TN)

TEROPONGNEWS. COM, SORONG – Di tengah situasi pandemi Covid-19, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sorong mengeluarkan kebijakan yang tidak populis, yakni mewajibkan seluruh murid SD/MI se-Kota Sorong mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) melalui salah satu televisi lokal.

Kebijakan ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sorong, Petrus Korisano S.Pd, M.Pd, melalui surat bernomor 421/1474 tertanggal 16 Oktober 2020, yang ditujukan kepada Kepala SD/MI se-Kota Sorong.

Tujuannya agar meningkatkan kemampuan dasar menulismenulis, membaca, dan menghitung selama masa pandemi Covid-19, di mana para siswa diharuskan belajar dari rumah.

Namun kebijakan tersebut dirasa menambah beban ekonomi orangtua murid, dan hanya menguntungkan salah satu pihak.

Dalam surat edaran dinas pendidikan dan kebudayaan kota Sorong nomor 421/1474 tanggal 16 Oktober 2020 mewajibkan siswa kelas I, II, dan III untuk mengikuti siaran pembelajaran baca, tulis, dan hitung melalui TV lokal (CWM) setiap hari Senin – Jumat pukul 09.00 WIT – 10.00 WIT.

Namun, sistem belajar lewat TV lokal dikeluhkan oleh sebagian orang tua murid yang tidak berlangganan di TV kabel lokal yang dimaksud.Seperti yang dirasakan oleh Iriani. Sebagai orang tua murid, dirinya keberatan karena harus memiliki chanel siaran CWM untuk bisa mengakses siaran pendidikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sorong.

“Sebagai orang tua, kita keberatan dengan kebijakan tersebut. Pertama, terlambat karena sudah masuk Mid semester dan sebagian orang tua sudah beradaptasi dengan kebijakan sekolah baik Daring (Dalam Jaringan) maupun luring (Luar Jaringan). Sekarang malah diwajibkan menonton siaran selama 1 jam, di siaran televisi lokal CWM yang tidak dimiliki semua warga kota Sorong,”keluhnya.

Menurutnya, untuk memasang siaran baru terutama di masa pandemi seperti ini dirasa sangat mahal. Sebab, sebagian penghasilannya digunakan untuk membeli kuota internet guna mendukung proses belajar anaknya dari rumah.

“Kalau pasang baru itu mahal, sekitar 300 ribu belum lagi langganan perbulannya. Karena uangnya habis untuk beli pulsa data. Masa mau berlangganan TV lagi. Menurut saya, pelajaran 1 jam yang disiarkan juga tidak bisa langsung diterima oleh anak-anak. Apalagi jika pelajaran itu monoton, yang ditayang di TVRI saja tidak ditonton apalagi di CWM, “keluhnya lagi.

Dia berharap, kebijakan dinas pendidikan Kota Sorong harus melihat realita yang ada, khususnya mensupport anggaran ke sekolah untuk pembelajaran Daring dah Luring.

“Misalnya penambahan kuota belajar bagi orang tua, atau subsidi pembayaran SPP bagi sekolah terutama yang swasta, bisa juga berinovasi menyediakan sarana pembelajaran daring dan luring yang dapat diterima oleh siswa SD,” harapnya.

Sementara itu, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan kota Sorong, Petrus Korisano yang dikonfirmasi teropongnews.com melalui sambungan telepon, Rabu (21/10/2020) mengatakan bahwa orang tua siswa tidak diwajibkan untuk mengganti siaran mereka. Sebab, video rekaman pembelajaran yang disiarkan di TV lokal tersebut sudah dibuatkan lewat pesan whatsapp.

“Itu program kami selama masa pandemi Covid-19, memiliki siaran CWM bukan diwajibkan. Hanya saja kami minta tolong ke CWM untuk menayangkan program kami, ” jelas Petrus.

Soal banyak warga yang tidak berlangganan TV kabel tersebut, pihaknya memberikan solusi dengan membuat rekaman video pembelajaran melalui whatsapp.

“Jadi sebelum ada program pembelajaran lewat siaran TV ini, kita sudah terlebih dahulu lakukan lewat whatsapp bulan September lalu, tapi rasanya masih kurang jadi kita lakukan dengan televisi. Jadi tidak wajib untuk berlangganan CWM September lalu,”terangnya.

Petrus menambahkan, pihaknya akan melakukan evaluasi setelah program pembelajaran lewat TV tersebut berjalan selama 3 bulan kedepan.

*Kalau dengan CWM kita batasi sampai bulan Desember dulu, setelah itu kita lakukan evaluasi. Apakah pembelajaran lewat TV itu optimal atau tidak. Kalau tidak optimal kita ganti program lagi, “pungkas Petrus.