Berita

Tempat Karantina Pasien C-19 Kampung Salak Kurang Diperhatikan, Tingkat Kesembuhan Nyaris Nol

×

Tempat Karantina Pasien C-19 Kampung Salak Kurang Diperhatikan, Tingkat Kesembuhan Nyaris Nol

Sebarkan artikel ini
Komisi I DPRD kota sorong saat melakukan kunjungan di Diklat Kampung Salak, Selasa (2/5).

Sorong, TN – Ketua Komisi I DPRD kota Sorong menyebutkan bahwa tempat karantina pasien Covid-19 di Diklat Kampung Salak kurang mendapat perhatian. Pasalnya, beberapa pasien merasa jenuh selama dikarantina di tempat tersebut.

1514
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

“Sewaktu kami pergi ke Diklat, kami sedikit melihat kondisi orang yang dikarantina disana. Sebab tingkat kesembuhannya kurang tapi yang positif meningkat, “ujar Muhammad Taslim, Kamis (4/6).

Menurut Taslim, fasilitas hiburan perlu disediakan di tempat karantina agar para pasien tidak mengalami stres, sehingga imun tubuh mereka tidak menurun.

“Kemarin kami dari sana, fasilitas hiburan juga perlu ada disana, bisa saja mereka tidak mau mengikuti anjuran satgas karena sudah merasa jenuh selama dikarantina ,”ucap Taslim.

“Yang kami minta juga adalah bagaimana rekayasa penaganan Covid-19 ini agar pasiennya bisa segera sembuh, dananya juga kan cukup besar,”tambahnya.

Taslim menambahkan, sosialisasi juga kurang diberikan kepada pasien yang dikarantina. Sebab, kata Taslim, para pasien merasa tidak adil karena harus dikarantina, padahal kondisi pasien tersebut dalam keadaan sehat.

“Persepsi mereka juga buruk dan merasa tidak adil, katanya kenapa kami harus dikarantina padahal sehat-sehat saja. Dari situlah mereka bisa stres, sehingga membuat imun mereka melemah. Selain itu juga untuk keluarga pasien siapa yang tanggung jawab, karena mereka tidak bisa bekerja,”tuturnya.

Disamping itu, edaran dan rekomendasi yang dibuat oleh walikota Sorong dianggap tidak tepat, sebab rumah ibadah kembali dibuka sedangkan penanganan Covid-19 di kota Sorong belum terkendali.

“Penanganan Covid-19 di kota Sorong berlum terkendali tapi tempat ibadah sudah dibuka kembali, sekalipun peribadatan dilakukan dengan protokol kesehatan itu juga tidak menjamin. Seharusnya ditiap rumah ibadah ada 1 orang aparat keamanan, agar lebih tertib,”pungkasnya, sembari menambahkan agar pemerintah kota Sorong mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sementara itu salah satu warga kota Sorong menyesalkan penanganan kesehatan di tempat karantina kampung Salak. Pasalnya dokter yang menangani pasien bukan dokter spesialis melainkan dokter umum.

” Bagaimana orang yang dikarantina bisa sembuh jika tenaga medis yang mennaganinya bukan spesialis” tuturnya.