Makassar, TN – Health Officer UNICEF Kantor Makassar, Dr Muliana Muhiddin mengatakan, strategi karantina terpusat, walaupun bukan hal yang baru dalam penanganan kejadian wabah dan pandemi, namun program yang dikemas dalam Rekreasi Duta Covid-19 ini adalah, program inovatif yang berbeda dari program sebelumnya.
Pertama, kata dia, tujuan program ini bukan hanya sekedar karantina, tapi juga program pemberdayaan terintegrasi. Dimana, semua peserta diberikan edukasi mengenai Covid-19, dan dilatih menjadi kader, dan duta Covid-19 yang nantinya akan menjadi edukator handal di masyarakat, ketika mereka kembali.
“Kedua, program ini tidak hanya memantau kesehatan fisik dan gizi dari peserta, tapi juga dukungan psikososial diberikan, dan pendekatan karantina dilakukan secara humanis. Keadaan phisikis, dan kesehatan mental peserta dipantau dan dilakukan screening awal, untuk menilai keadaan mereka, terutama untuk peserta yang tergolong masih usia anak dan remaja,” kata dr. Muliana kepada wartawan, di Makassar, Kamis (28/5).
Kemudian yang ketiga, sambung dia, fasilitas yang diberikan sangat memadai, dan nyaman karena di hotel. Peserta merasa sebagai tamu, bukan seperti pasien di rumah sakit. Tenaga medis di hotel sudah lengkap, yang siap melayani peserta dan mereka sudah dilatih termasuk dalam pengendalian, dan pencegahan infeksi.
Lebih lanjut, Dr Muliana menilai, program ini merupakan cara tepat untuk menurunkan kasus, dan menekan penularan atau istilah saat ini melandaikan kurva. Selama ini, untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) kebanyakan melakukan isolasi mandiri yang sifatnya sukarela, sehingga kurang efektif dalam menghentikan penularan, karena pemantauan susah dilakukan di rumah.
“Selain itu, budaya Sulsel yang menganut kekeluargaan, terkadang dalam rumah ada dua hingga tiga Kepala Keluarga (KK) yang tinggal. Padahal, 80-85 persen orang yang terkena Covid-19 adalah, tidak bergejala sampai bergejala ringan saja (OTG dan ODP) dan kebanyakan tidak terdeteksi. Sehingga, bebas berjalan-jalan di masyarakat, dan menjadi carier yang dapat membawa virus untuk ditularkan ke keluarga dan masyarakat,” beber dia.
Jika melihat data di Sulsel, menurut dr. Muliana, kebanyakan kasus adalah dari klaster kontak serumah, dan kontak erat kegiatan sosial. Sehingga ketika dalam penaganan mampu mengkarantina OTG dan ODP ini, maka dalam satu atau dua bulan kedepan, kasus dapat menurun secara cepat. Dengan stretegi ini yang membatasi gerak hanya untuk orang yang suspek dan sakit, mungkin nantinya tidak perlu lagi melakukan social distancing secara ketat.
Strategi ini kemudian menjamin kelanjutan kegiatan rutin, ekonomi dan layanan-layanan esensial lainnya. Tentu saja, lanjut dr. Muliana, kerjasama dan usaha dari Gugus Tugas Kabupaten/Kota dibutuhkan, agar program ini berhasil.
“Mereka harus aktif untuk mendeteksi OTG dan ODP, serta menindaklanjuti untuk diikutkan dalam program rekreasi duta Covid-19 ini,” tandas dr. Muliana.